Pemkot Surabaya Terima Desain Pengembangan Kawasan Kota Lama Surabaya yang Berkelanjutan dan Inklusif
Pemerintah Kota Surabaya secara resmi menerima desain pengembangan kawasan Kota Lama dari Konsorsium II Program Kota Masa Depan UK PACT (Partnering for Accelerated Climate Transition, sebuah program kemitraan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dengan Pemerintah Inggris yang bekerjasama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia, ARUP, dan Vital Strategies. Desain ini dibuat melalui proses kolaboratif dengan berbagai elemen masyarakat selama enam bulan terakhir dan berfokus mengarahkan pengembangan potensi kawasan Kota Lama yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Desain ini dibuat melalui proses kolaboratif dengan berbagai elemen masyarakat selama enam bulan terakhir dan berfokus mengarahkan pengembangan potensi kawasan Kota Lama Surabaya yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Serah terima ini diadakan di De Javasche Bank, dalam rangkaian acara Pekan Kota Lama Surabaya yang berlangsung pada 9-17 November 2024 dengan tema Merawat Ingatan, Menatap Masa Depan, Menciptakan Pengalaman Bersama.
Kegiatan ini turut membuka pameran yang berlangsung 12-17 November 2024, di De Javasche Bank yang terbuka untuk publik dan gratis, menampilkan maket, peta proyeksi, serta panel edukatif yang menggambarkan visi masa depan kawasan Kota Lama Surabaya.
Desain pengembangan Kawasan Kota Lama ini memiliki dua pendekatan, yaitu makro dan mikro. Pada tingkat makro, desain menghubungkan empat sub-kawasan utama dalam Kota Lama di zona Eropa, Ampel, Pecinan, dan Jembatan Merah/Kalimas (kawasan niaga) dengan jaringan mobilitas aktif, seperti jaringan untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor, serta aktivasi koridor sungai. Sedangkan di tingkat mikro, desain berfokus pada tiga koridor prioritas yang direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai katalisator bagi ekonomi kreatif, sosial, dan pelestarian budaya
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Agus Imam Sonhaji menyampaikan apresiasinya terhadap desain tersebut. Menurutnya, desain yang diberikan sejalan dengan apa yang telah dilakukan Pemkot Surabaya dalam pengembangan potensi kawasan Kota Lama lewat peningkatan fungsionalitas bangunan bersejarah serta optimalisasi kegiatan ekonomi dan pariwisata di kawasan ini.
“Kami berharap desain ini menjadi panduan untuk pembangunan berkelanjutan yang lebih kuat bagi Kota Surabaya, yang melibatkan warga dan mempertimbangkan kebutuhan semua kalangan,” kata Agus.
Ia menjelaskan, Koridor Jalan Kasuari direkomendasikan sebagai kawasan kreatif yang dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan penggunanya atau Mixed Used Creative Compound. Mendukung usaha kreatif dan kerajinan tangan, kawasan ini bertujuan menghidupkan kembali semangat kolaborasi, inovasi, dan pelestarian sejarah di Kota Surabaya.
“Koridor Jalan Panggung menghubungkan Pasar Pabean dan Sungai Kalimas direkomendasikan sebagai kawasan kuliner, memanfaatkan bangunan gudang bersejarah untuk menarik wisatawan dan warga lokal,” jelasnya.
Selanjutnya adalah Koridor Jalan Karet, di zona Pecinan direkomendasikan menjadi pusat tekstil dan garmen dengan pengalaman ruang publik dan rekreasi, sehingga mengoptimalisasi kawasan Pecinan yang telah lama dikenal sebagai kawasan sentral untuk pelestarian budaya dan sejarah peranakan dengan fasilitas modern.
“Desain ini mendorong peningkatan integrasi transportasi umum, termasuk rute Suroboyo Bus dan feeder Wira Wiri, guna memastikan aksesibilitas yang lebih baik dan inklusif bagi seluruh warga,” terangnya.
Amanda McLoughlin, Direktur Pembangunan Internasional Kedubes Inggris mengatakan, “Pemerintah Inggris berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan. Kami berharap desain ini dapat menjadi penggerak bagi pembangunan kota berkelanjutan yang lebih inklusif, serta menghadirkan ruang interaksi dan kreativitas, bagi semua elemen masyarakat di Kota Surabaya. Seiring dengan komitmen Pemerintah Inggris untuk mendorong aksi iklim global di COP29, kerja sama ini juga menunjukkan hubungan diplomatik yang erat antara Inggris dan Indonesia yang tahun ini menginjak usia 75 tahun, khususnya dalam pembangunan berkelanjutan dan transisi rendah karbon.”
Sementara itu, Direktur Climate, Energy, Cities and Ocean WRI Indonesia, Almo Pradana menambahkan bahwa desain ini lahir dari kajian ilmiah dan konsultasi publik yang komprehensif. Berdasarkan studi ketahanan partisipatif UCRA pada tahun 2023 lalu, menunjukkan bahwa mobilitas rendah emisi seperti menggunakan transportasi publik, berjalan kaki, atau bersepeda, adalah kunci ketangguhan masyarakat kota pesisir.
“Mobilitas rendah emisi ini dapat didorong melalui strategi penataan kawasan. Berdasarkan hasil studi inilah, Konsorsium II UK PACT berupaya meningkatkan ketahanan kota pesisir melalui desain konseptual yang adaptif, inklusif, serta mengutamakan aspek mobilitas dan aksesibilitas yang rendah emisi. Kami berharap desain ini akan meningkatkan aksesibilitas dan ketahanan kawasan Kota Lama di masa depan,” pungkasnya.
Sebagai diketahui, kegiatan ini turut menghadirkan sesi diskusi panel bertajuk Menata Surabaya yang Inklusif dan Berkelanjutan Mulai dari Kota Lama, dengan melibatkan pakar dari berbagai bidang, di antaranya Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Surabaya Irvan Wahyudrajad, perwakilan Konsorsium Kota Masa Depan UK PACT, dan tokoh masyarakat. (*)