Accessibility Tools

  • Increase Text
  • Decrease Text
  • Grayscale
  • Negative Contrast
  • Links Underline
  • Text to Speech
  • Reset

Kampung Wisata

  1. Kampung Jambangan
    Sekitar tahun 1970-an, banyak warga dari pusat kota Surabaya dan Gresik bergeser ke wilayah Jambangan. Waktu itu, kedatangan mereka tidak dibarengi dengan penataan lingkungan yang sehat. Sepanjang pinggir kali Surabaya dipenuhi sampah dan kakus semipermanen. Singkat cerita, akibat kekumuhan itu, muncullah Sriyatun (aim) dan para warga yang berinisiatif melakukan sosialisasi untuk menciptakan lingkungan bersih.Alhasil, usahanya berhasil dan membuahkan penghargaan Kalpataru untuknya pada 2008. Gerakan yang dilakukan warga Jambangan antara lain, manajemen pengolahan sampah. Sampah basah diolah menjadi kompos dan sampah kering didaur ulang menjadi berbagai kerajinan tangan, seperti taplak, payung, jaket, aneka macam bentuk tas, hingga suvenir cantik dari bahan botol plastik.
     
  2. Kampung Gundih
    Untuk menuju ke Kampung Gundih yang berada di Kecamatan Bubutan. Dari Tugu Pahlawan, terus ke Barat hingga menuju ke kawasan Pusat Grosir Surabaya (PGS). Dari PGS ini sekitar 100 meter di sebelah kiri jalan sudah tampak gapura masuk ke Kampung Gundih. Kampung Gundih adalah kampung yang melakukan upaya penghijauan. Upaya tersebut berhasil meraih penghargaan antara lain, sebagai kampung Best of the Best, dalam hal lomba cipta kampung aman pada tahun 2010, penghargaan kampung hijau dan mandiri juga di tahun 2010. Sebelumnya tahun 2009, Gundih juga menerima penghargaan Kampung Berbunga Selain itu, Gundih juga dikenal dengan pusat jajanan kue basah dan wingko. Usaha kecil makanan yang dikelola warga ini terbukti mampu bertahan dan menjadi ikon tersendiri bagi Kampung Gundih.
     
  3. Sedekah Bumi Kelurahan Made
    Kampung ini merupakan hasil penyatuan dari beberapa dukuh seperti Watulawang, Ngemplak, dan Made. Lokasi kampung ini terletak sekitar 800m dari Ciputra Waterpark. Bangunan rumah penduduknya kebanyakan bergaya arsitektur Jawa dengan sentuhan adat Bali. Oleh sebab itulah kampung ini disebut sebagai Kampung Bali-nya Surabaya. Asal muasal nama Made ini muncul untuk menghormati jasa pejuang revolusi I Made Suganda yang pernah tinggal di daerah tersebut. Sosok beliau rupanya begitu dihormati dan melekat dalam benak masyarakat hingga mengundang simpati warga.Tempat ini seringkali digunakan untuk doa bersama dengan ritual campuran antara Hindu dan Islam setiap malam Jumat Kliwon. Warga kampung ini juga mengadakan festival ruwat bumi yang ditujukan untuk memohon keselamatan pada yang Maha Kuasa. Oleh karena itulah, kita seharusnya patut berbangga dengan kampung ini karena masih dapat mewujudkan dan mepertahankan tradisi serta tenggang rasa yang baik hingga saat ini antara umat Hindu dan Islam.
     
  4. Kampung Arab
    Kampung ini terletak sekitar sepuluh km dari pusat kota Surabaya, tepatnya di kawasan Ampel, Surabaya Utara. Lingkungan di daerah kampung ini sungguh-sungguh berbau Timur Tengah. . Lingkungan di daerah kampungini sungguh-sungguh berbau Timur Tengah. Warga Arab yang tinggal di daerah ini umumnya bekerja sebagai pedagang, berjualan aneka macam barang seperti pakaian, minyak wangi, peralatan ibadah hingga buah kurma. Suasana Islam dan tradisi Arab juga masih sangat melekat. Misalnya, larangan bagi kaum wanita untuk memperlihatkan diri di muka umum dan disorot kamera, semuanya masih berlaku di daerah ini. Demikian pula dalam hal makanan, nasi kebuli berupa campuran rempah dan daging kambing yang dimasak bersamaan masih tetap disantap dan menjadi makanan spesial dan khas dari daerah ini.